Berdasarkan Smithsonian Magazine, legenda di awal abad 19 mengungkapkan penemuan donat pertama kali. Pedagang asal Amerika Hanson Gregory mengklaim sebagai pencetus donat berbentuk cincin pada 1847.
Ia mengaku memakan 'roti goreng' selama melaut dan tidak senang dengan bagian tengahnya yang tidak matang. Kemudian dia membuang dan melubangi bagian tengah adonan. Sejak saat itu donat identik dibuat dengan lubang di tengahnya.
Tapi orang-orang mengakui bahwa hal itu adalah ide yang bagus dan logis. Ini berkenaan dengan teknik dan hasil menggoreng donat. Apabila tidak dilubangi di tengahnya, donat akan lebih sulit matang merata. Bagian luar kue akan matang lebih cepat dibandingkan bagian tengah. Dengan menghilangkan tengah donat ini menghindari bagian yang masih mentah.
Donat terus diproduksi secara manual hingga masa Perang Dunia I. 'Donut Girls' dari Salvation Army menyediakan konsumsi berupa donat untuk para prajurit perang.
Kemudian pasca-Perang Dunia I, banyak orang Amerika menghendaki donat sebagai menu sarapan. Hal itu dimanfaatkan seorang imigran Yahudi bernama Adolph Levitt sebagai peluang bisnis. Untuk memenuhi besarnya permintaan terhadap donat, diciptakanlah mesin pembuat donat pertama yang mampu menghasilkan donat dengan kecepatan yang jauh lebih besar daripada buatan tangan pada 1920.
Levitt berhasil menciptakan mesin penghasil 80 donat per jam dan semua bentuknya identik. Orang-orang akan berbondong-bondong melihat donat mereka dibuat sendiri dan memakannya langsung dari mesin. Seiring waktu, mesin terus dikembangkan untuk menghasilkan kue lebih banyak dan cepat.
Mesin
pembuat donat pertama kali ditemukan oleh Adolph Levitt pada 1920.
Mesin itu dapat menghasilkan 80 donat per jam dengan bentuk yang sama,
lebih cepat dan konsisten daripada pembuatan manual (Foto: Dok. Dunkin
Donuts) |
Selama masa itu, donat cukup murah sehingga bisa dinikmati oleh banyak orang sebagai pilihan menu sarapan yang enak, ringan, dan praktis. Inilah alasannya sampai saat ini, hampir dua abad pasar donat sangat stabil dan tak pernah mati.
Secara umum, meski bentuknya berbeda-beda namun pembuatan donat di seluruh dunia dilakukan serupa yakni dengan cara digoreng. Persiapannya dan hasil akhirnya pun berbeda-beda tergantung daerahnya.
Croissant sebenarnya terinspirasi dari Kipfel, roti khas Austria berbentuk bulan sabit yang menggunakan banyak mentega dengan taburan gula dan kacang almond. Menurut legenda, Kipfel awalnya diciptakan pada tahun 1683 sebagai bentuk perayaan atas kemenangan Kerajaan Austria melawan pasukan Ottoman Turki, setelah sebelumnya pasukan tersebut menduduki Kota Wina.
Bentuk
Kipfel yang seperti bulan sabit terinspirasi dari lambang bulan sabit
yang ada di bendera Ottoman. Tapi, menurut catatan sejarah, Kipfel telah
ada sejak sebelum invasi Ottoman ke Austria.Sebuah puisi kuno Austria menunjukkan bahwa ada kue berbentuk bulan
sabit yang menjadi bagian dari tradisi Natal. Kue tersebut
dipersembahkan oleh para pembuat roti di Wina untuk Duke Leopold pada
tahun 1227.
Selain itu, dokumen sejarah juga menyebutkan bahwa ada sebuah toko roti Viennese (khas Austria) yang dibuka pertama kali di Paris pada 1838. Toko roti milik August Zang itu sangat terkenal di kalangan orang Prancis, terutama untuk berbagai roti Viennoiseries atau pastry khas Wina, salah satunya Kipfel.
Setelah beberapa tahun membuka toko roti di Paris, Zang kemudian kembali ke Austria dan mendirikan surat kabar harian pertama di negara tersebut, lalu memiliki bisnis di bidang perbankan hingga pertambangan.
Meski awal mulanya dari Austria, banyak ahli sejarah yang tetap mengatakan bahwa Croissant adalah hasil inovasi orang Prancis, karena menggunakan adonan yang sedikit berbeda, yaitu puff pastry.
Croissant pun menjadi salah satu makanan favorit orang Prancis dan dalam hitungan tahun telah menjadi santapan wajib warga Paris saat sarapan. Lebih dari seratus tahun kemudian, Croissant hadir dalam berbagai bentuk dan jenis, mulai dari yang biasa dibeli di toko roti hingga adonan Croissant beku yang dijual di supermarket.
Perusahaan Amerika, Sara Lee, pada tahun 1981 memperkenalkan Croissant beku untuk pertama kalinya. Diikuti oleh beberapa restoran cepat saji, seperti Burger King dan Arby’s, yang memperkenalkan menu sarapan Croissant yang diisi sayuran dan daging asap iris. Pada tahun 1984, New York Times menyebut “Amerikanisasi Croissant” pun telah dimulai.
3. Danish
Danish Pastry bisa dikatakan sebagai pastry berlapis yang dilaminasi dengan rasa manis dan disajikan dalam tradisi viennoiserie. Pastry ini disebut Danish karena awalnya berkembang dari Denmark. Meskipun berasal dari Denmark, Danish Pastry sebetulnya dibawa oleh para pekerja dari Austria yang bekerja di toko roti Denmark. Kehadiran mereka membawa tradisi baru dalam pembuatan pastry. Mengadopsi roti khas Austria, mereka meningkatkan jumlah telur dan lemak dalam adonan. Hasil perkembangan inilah yang sekarang disebut dengan Danish Pastry.
Beberapa jenis pastry yang bisa dikategorikan sebagai Danish seperti Pain au choc, Cinnamon Rolls, Raisin swirl, Pecan, Spandauer dan masih banyak lagi yang lain.
Pada dasarnya, pola lipatan Danish pastry memiliki konsep yang hampir sama dengan puff pastry. Bedanya terletak pada bahan yang digunakan. Danish pastry menggunakan ragi sehingga menghasilkan pastry yang lebih lunak, tidak garing. Selain itu, adonan Danish pastry mengandung lemak sekitar 40%
Ciri khas utama dari Danish pastry adalah teksturnya yang terbuat dari lipatan adonan yang berlapis, jika dilihat metodenya hampir sama dengan pembuatan croissant. Perbedaannya, Danish pastry dapat dikreasikan menjadi berbagai macam variasi bentuk yang menarik seperti bentuk kincir, pita, lingkaran, dan berbagai macam bentuk lainnya.
Menciptakan Danish pastry memerlukan ketelitian yang tinggi, berbagai macam hal harus dipastikan agar menghasilkan pastry yang sempurna dan lezat. Dalam proses fermentasi, suhu pengembangan yang dianjurkan adalah maksimal 35°C dengan kelembapan 85%. Untuk suhu pemanggangan dapat diatur berkisar 190°–210°C.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan Danish pastry. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah setiap lapisan adonan harus dipastikan dapat teraerasi hingga menghasilkan sel yang baik. Lalu, visual lapisan crumb harus terlihat jelas dan tegas namun tidak terpisah. Ini akan menciptakan pastry yang utuh dan kuat. Selain itu, hasil panggangan harus berwarna keemasan yang cantik.
Pembuatan Danish pastry yang teliti tentu juga harus didukung dengan bahan baku yang baik. Saat ini, sudah tidak perlu khawatir lagi dalam mencari margarine yang tepat untuk membuat Danish pastry. FILMA Danish Pastry Margarine merupakan margarine khusus yang diciptakan oleh Sinar Mas Agribusiness and Food untuk pembuatan Danish pastry dengan kualitas tinggi. Karakter FILMA Danish Pastry Margarine yang memiliki aroma butter milky sangat cocok dengan Danish pastry yang kuat dengan karakter rasa manis.
Selain itu, FILMA Danish Pastry Margarine memiliki kemampuan untuk membuat adonan Danish pastry menghasilkan lapisan yang cantik serta warna yang baik. Hal ini dikarenakan FILMA Danish Pastry Margarine mengandung plastisitas yang baik serta titik leleh yang maksimal. Pengembangan lapisan dan struktur crumb dapat lebih optimal pada hasil pastry.
FILMA Danish Pastry Margarine dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan Danish pastry yang memiliki kualitas tinggi. Produk ini mampu menjawab kebutuhan para konsumen terutama produsen pastry akan margarine kualitas tinggi untuk pembuatan Danish pastry.
Komentar
Posting Komentar